31 Jan Hati yang Lapang dari Anak 10 Tahun untuk Memaafkan
Pernahkah kita bertemu dengan seorang anak yang merasa sangat takut dan rendah diri karena sering diejek? Begitulah pengalaman yang dialami oleh Putri, seorang anak berusia 10 tahun yang dahulu merasa sangat terasing dan terluka.
Kenangan Pahit
Putri bukanlah anak yang merasa nyaman dengan sekolah. Setiap kali melangkah ke gerbang sekolah, hatinya dipenuhi rasa cemas. Ia takut bertemu teman-teman yang sering mengejeknya. Kata-kata yang dilontarkan, seperti “gemuk”, “pendek”, dan “bodoh” karena kesulitan membaca, sering kali menghantui pikirannya. Setiap kata-kata itu terasa seperti pisau yang menusuk dalam-dalam. Alih-alih menangis di depan mereka, Putri memilih untuk menyimpan perasaan itu sendirian.
Akibatnya, Putri memutuskan berhenti sekolah. Ia merasa lebih baik di rumah, jauh dari ejekan, jauh dari rasa sakit yang tak kunjung hilang. Namun, di dalam hatinya, ada kesepian yang sangat mendalam. Ia merindukan kembali bisa belajar dan bergaul dengan teman-teman.
Harapan Baru
Suatu hari, ibunya mengajaknya untuk mencoba bersekolah di PKBM OBI Tanah Merah. Dengan sedikit keraguan, Putri mulai melangkah. Meski di sana guru-gurunya sangat baik dan sabar, Putri tetap merasa takut untuk membuka diri, apalagi bergaul dengan teman-temannya. Namun, suatu hari, semuanya berubah saat diajak untuk menonton video animasi Alkitab dari Superbook.
Putri menonton dengan penuh perhatian, dan untuk pertama kalinya, dia merasa seperti Tuhan berbicara langsung kepadanya. Video tersebut menceritakan kisah Paulus dan Barnabas yang tetap setia pada Tuhan meski menghadapi banyak tantangan. Dari cerita itu, Putri belajar bahwa bahkan dalam kesulitan, kita harus tetap kuat dan percaya pada Tuhan.
Setelah video selesai, guru-guru memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Putri merasa ada dorongan kuat dalam hatinya untuk berbicara, meski ia ragu. Dengan suara pelan, ia mulai bercerita tentang bagaimana dia sering dibuli, bagaimana ia merasa tidak berharga, dan bagaimana takutnya untuk membuka diri lagi. Ternyata, setelah mendengar cerita Putri, guru-guru dengan penuh perhatian mengingatkan bahwa Tuhan menciptakan setiap anak dengan sempurna, termasuk dia. Mereka mengajarkan bahwa Putri berharga di mata Tuhan, dan kata-kata orang lain tidak boleh menentukan siapa dirinya.
Hari itu, hati Putri mulai terbuka. Meski tidak mudah, ia mulai belajar untuk memaafkan. Setiap kali ingatan tentang ejekan itu datang, ia berusaha untuk melupakan dan menatap masa depan dengan lebih positif. Putri mulai percaya diri untuk berbicara dengan teman-temannya, ikut bermain bersama mereka, dan yang terpenting, ia mulai semangat belajar karena tahu bahwa dirinya bisa lebih baik.
Kini, Putri tidak hanya belajar membaca dan menulis, tetapi ia juga belajar nilai yang lebih dalam: memaafkan dan mengetahui bahwa ia berharga di mata Tuhan. Ia tak lagi menyimpan rasa sakit di hatinya. Berkat dukungan dari Superbook dan guru-guru di PKBM OBI, Putri merasa lebih percaya diri dan tahu bahwa Tuhan selalu bersamanya.
Kisah Putri adalah cerminan dari perjuangan banyak anak-anak yang menghadapi tantangan hidup. Mereka mungkin merasa rendah diri atau takut, tetapi dengan dukungan yang tepat, seperti yang diberikan oleh guru-guru di PKBM OBI, mereka bisa menemukan kekuatan untuk bangkit. Setiap anak berhak untuk merasa dihargai dan dipenuhi kasih Tuhan. Jika Anda merasa tergerak untuk mendukung anak-anak seperti Putri, mari berdonasi melalui CBN dan bersama-sama kita bisa memberikan dampak positif bagi banyak anak yang membutuhkan. Jangan biarkan mereka merasa sendirian.